Thursday, July 25, 2013

[Review] Only God Forgives (2013)

Only God Forgives (2013)
Crime | Drama | Thriller
Directed by Nicolas Winding Refn
Starring: Ryan Gosling, Kristin Scott Thomas, Vithaya Pansringarm 
 Time to Meet The Devil 

Di tahun 2011, nama Nicolas Winding Refn seolah mendapat perhatian khusus dari kalangan kritikus dan penggemar film lewat karyanya berjudul Drive, sebuah Retro-noir yg stylish  dan menampilkan karakter utamanya yg pendiam, misterius sekaligus memikat. Kerja samannya yg intens dengan sang aktor Ryan Gosling dan penyutradaraan film tersebut dianggap brilian hingga mampu membuahkan Best Director di Cannes (film ini juga meraup untung 76 juta dollar scr global, lima kali dr budget-nya). Oleh karena itu kolaborasi antara Refn dan Gosling pun menjadi layak ditunggu mengingat keduanya memutuskan utk terus bekerjasama dalam proyek film selanjutnya, seperti yg terbaru kali ini sebuah crime thriller yg keras dan bersetting di Bangkok berjudul Only God Forgives. Menampilkan karakter utama yg bernama Julian (Ryan Gosling), ia seorang ekspatriat Amerika yg tinggal di Bangkok Thailand dan menjalankan sebuah klub Thai Boxing utk menyamarkan bisnis operasi narkoba yg ia jalani.  Billy (Tom Burke) kakak dari Julian yg juga menetap di Bangkok mendapat masalah besar saat ia membunuh seorang psk yg masih di bawah umur, kepolisian Thailand yg dipimpin oleh letnan Chang (Vithaya Pansringarm) menangani kasus ini dan scr tak terduga malah membiarkan ayah dr sang anak utk membunuh Billy, setelah hal ini diketahui oleh Julian, ia pun menyadari jika Chang adalah seorang yg disebut-sebut sbg “Angel of Vengeance”, polisi dengan prinsip keadilan yg tak segan2 memotong, menyiksa bahkan membunuh setiap orang yg ia anggap pantas mendapat hukuman setimpal. Mendengar kabar anaknya sulungnya terbunuh, sang ibu dr Julian, Crystal (Kristin Scott Thomas) segera datang ke Bangkok dan memberi perintah kepada Julian serta anak buahnya utk membalas dendam kematian Billy.



Tidak seperti yg menjadi harapan saya, karya terbaru Nicolas Winding Refn dan Ryan Gosling ini ternyata tidak mampu menyajikan tontonan menarik dan keren selayaknya Drive. Memang ada beberapa kemiripan antara film ini dengan karya Refn-Gosling sebelumnya itu, sebut saja tokoh utama yg pendiam dengan aura misteriusnya, minimnya dialog yg juga membuat film ini lebih dingin dan untungnya bisa ditutupi oleh scoring music yg memikat dari Cliff Martinez, selain itu setting kota (Bangkok) yg eksotis terasa hidup dengan visual yg seperti bermandikan cahaya lampu neon. Segi desain artistik-nya menambah kesan surreal tersendiri dalam film yg disebut Refn sebagai sebuah Western modern ini, tapi memang semuanya itu tidak dapat menutupi banyak kehampaan film ini sendiri, karakterisasi dari setiap tokohnya seolah dibuat dengan penuh keanehan dan terkadang menjadi tidak manusiawi, bahkan untuk tokoh utama-nya saja yg diperankan oleh Gosling malah lebih terkesan pasif dan tidak memilki kelebihan apapun, jauh berbeda dgn karakter Gosling di film sebelumnya Drive yg lebih terlihat cool dan heroik. Film ini juga tidak mampu berbicara banyak dari segi plot-nya yg terasa klise seperti sebuah B-movie, pemeran pendukung-nya juga tidak banyak membantu dan kerap hadir hanya untuk menjadi korban kekejaman dari sang Angel of Vengeance, sosok polisi dengan prinsip moral yg anehnya sering berkaraoke. Harus diakui Refn memang hebat dalam menampilkan sisi brutalitas dengan gaya yg tidak konvensional, ia pun juga mampu menghadirkan karakter yg memikat (Bronson, Driver) dan film2-nya juga terkadang banyak menampilkan adegan yg  mengejutkan, namun ia nampaknya lupa kalo cerita yg menarik dan bisa memancing emosi penonton merupakan unsur penting yg tidak boleh dilupakan begitu saja. Buat saya Only God Forgives seolah hanya ingin menunjukan sisi buruk kekerasan dan manusia yg mampu melakukan sesuatu yg keji, tanpa basa-basi.




 

Wednesday, July 17, 2013

[Review] Trance (2013)

TRANCE (2013)
Crime | Drama | Thriller
Directed by Danny Boyle
Starring: James McAvoy, Vincent Cassel, Rosario Dawson


Elizabeth: The choice is yours. Do you want to remember or do you want to forget?  

Film dengan konsep tinggi yg bisa “memutar” otak memang akan selalu menantang untuk ditonton, beberapa film yg saya suka seperti Memento (200) dan Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004) masuk ke dalam kategori tersebut, dimana perhatian dan pikiran penonton terus dipacu utk memahami jalan ceritanya. Untuk tahun 2013 ini giliran sutradara pemenang Oscar Danny Boyle yg berusaha mengaburkan realitas dan mengacaukan kepala kita dgn film terbarunya Trance, sebuah film psychological thriller yg menarik dengan memasukan unsur hypnotist di dalamnya. Trance dimulai dengan sebuah pencurian lukisan Goya yg berharga tinggi di rumah pelelangan London, Simon (James McAvoy) adalah seorang juru lelang yg berusaha mengamankan lukisan tersebut saat aksi pencurian terjadi, namun rencananya gagal ketika bos gangster bernama Franck (Vincent Cassel) menghentikannya dan memukul kepala Simon hingga ia berdarah dan mengalami gegar otak. Franck yg mengambil folder penyimpanan lukisan dibuat terkejut saat ia membukanya dan justru menemukan bingkai kosong, lukisan berharga tersebut ternyata disembunyikan oleh Simon. Kesal merasa tertipu Franck menyuruh anak buahnya menyiksa Simon utk memberitahu dimana lukisan itu, namun kondisi Simon yg amnesia membuat ia tak bisa mengingat lagi keberadaan lukisan tersebut. Untuk mengetahuinya Franck membawa Simon bertemu seorang hipnoterapis bernama Elizabeth (Rosario Dawson), dari sini dimulailah kejar-kejaran yg membelokan realitas dan memasuki alam pikiran bawah sadar Simon saat ia dihipnotis dengan harapan bisa mengakses kembali memorinya yg hilang saat pencurian lukisan itu terjadi. 


Selalu saja ada yg menarik dari seorang Danny Boyle, sutradara asal Inggris ini  memang gemar bereksplorasi ke wilayah baru dengan gaya yg tidak biasa, mulai dari menangkap kecanduan heroin di Trainspotting, mencari surga dunia di The Beach, bepergian ke luar angkasa di Sunshine sampai petualangan menelusuri daerah kumuh India di Slumdog Millionaire saja bisa terlihat menyenangkan, film-filmnya selalu menampilkan sesuatu yg dinamis dengan detail dan kemampuan teknisnya yg terbilang handal. Keahliannya tersebut kembali ia tunjukan lewat film terbarunya Trance, Kali ini dengan dibantu penulis naskah John Hodge yg pernah bekerja sama dgn Danny di film pertamanya (Shallow Grave & Trainspotting), film ini juga seolah membawa Danny kembali ke kisah dunia kriminal seperti yg pernah ia tunjukan lewat film debutnya Shallow Grave. Trance sendiri awalnya lebih terasa selayaknya sebuah heist thriller dimana aksi kriminal seperti pencurian lebih ditonjolkan, karakterisasi dr protagonis (Simon) dan antagonisnya (Franck dkk) pun mudah utk diidentifikasi motifnya. Namun tenyata setelah unsur hipnotis itu sendiri masuk ke dalam ceritanya, plot film ini justru bergerak dengan ide-ide tentang persepsi & memori, mengeskplorasi tema kekerasan, cinta, kebohongan, dan manipulasi. Trance kemudian menjadi sebuah psychological thriller  yg membawa ketegangan sekaligus menyimpan kejutan di dalamnya.     


Dari segi akting James McAvoy menampilkan salah satu penampilan terbaiknya lewat tokoh utama yg mengalami amnesia, pada awalnya ia lebih seperti karakter korban yg tak berdaya, bisa mengundang simpatik lewat sikap dan terutama sorot matanya yg terlihat polos sebelum akhirnya rahasia yg cukup mengejutkan di dalam pikirannya terbuka lebar. Begitu juga dgn karakter hipnoterapis perempuan yg dimainkan oleh Rosario Dawson, ia seperti sosok femme fatale yg biasa ada dalam elemen film noir, ia memiliki peranan penting yg bisa mengungkapkan apa yg sebenarnya terjadi saat peristiwa pencurian lukisan tersebut, dua karakter inilah yg menjadi kunci utama dalam kisah film Trance, karakter bos gangster Franck ( Vincent Cassel) sendiri juga memiliki kaitan penting dalam alur ceritanya, bahkan meski ia seorang penjahat kita tetap bisa mengangapnya sebagai seorang korban. Terdapat juga beberapa kelemahan seperti tokoh sampingan anak buah Franck yg berjumlah 3 orang yg menurut saya tidak terlalu berpengaruh besar, selain itu Trance juga kurang terasa sisi emosional-nya seperti 2 film Danny sebelumnya yakni Slumdog Millionaire & 127 hours. Memang dibutuhkan fokus yg lebih saat menonton film ini agar logika plotnya dapat kita pahami sepenuhnya. Sebagian penonton mungkin saja akan mengangap kisahnya cenderung absurd dan stuktur alur ceritanya (penggunaan flashback dsb) dari awal seolah memang cenderung ingin memanipulasi persepsi penontonnya, tapi menurut saya plot yg terungkap perlahan justru adalah bagian dari keseruan film ini sendiri selain tentunya sebuah twist yg mengejutkan di akhir2 cerita. Sekali lagi lewat film Trance, Danny Boyle  berhasil menunjukan kemampuannya sebagai sutradara yg ahli meramu film2 lintas genre yg bisa mengundang perhatian, terlebih lagi film ini memang dibuat untuk menantang sekaligus membawa pikiran penonton ikut serta ke dalam perjalanan ceritanya.