Showing posts with label Fantasy. Show all posts
Showing posts with label Fantasy. Show all posts

Monday, May 20, 2013

[Review] Groundhog Day (1993)

Groundhog Day (1993)
Comedy | Drama | Fantasy
Directed by Harold Ramis 
Starring: Bill Murray, Andie MaCdowell and Chris Elliott 

He's having the day of his life...over and over again.


Setiap orang pasti pernah merasakan jika hari-harinya terasa sangat membosankan dengan melakukan rutinitas yg serupa, waktu pun terus berjalan hingga terkadang hidup ini terasa monoton. Namun apa jadinya jika suatu saat kita terbangun justru di hari yg sama secara berulang-ulang?, tentu keadaan dari hidup ini bisa diubah sedemikian rupa seperti yg terjadi dlm film Groundhog Day (1993) arahan Harold Ramis ini, sebuah film comedy-fantasy dengan premis yg menarik dan dibintangi aktor yg juga tdk kalah menariknya, yakni Bill Murray yg terkenal dgn ekpresi datarnya yg selalu bisa mengundang kelucuan, Kisahnya sendiri tentang seorang reporter cuaca di sebuah stasiun TV bernama Phil Connors (Bill Murray) yg ditugaskan utk meliput festival Groundhog Day di Punxsutawney, Pensnsylvania. Ia beserta sang produser, Rita (Andie MaCdowell) dan seorang kameramen Larry (Chris Elliott) pergi ke sana, setelah berhasil meliput acara tsb mereka justru tak bisa pulang karena ada badai salju yg memaksa mereka kembali ke kota Punxsutawney. Mulai dr sini petualangan aneh dimulai saat Phil yg terbangun pd jam 6 pagi dr tidurnya di kamar hotel mengalami hari yg sama, yakni tanggal 2 Februari saat festival Groundhog Day dilaksanakan dan hal ini ia alami scr terus menerus. Phil yg awalnya merasa aneh, terjebak dan tidak waras mulai memanfaatkan keadaan tersebut utk keuntungan pribadi, termasuk usahanya dlm mendekati sang wanita pujaan Rita, meski begitu Phil juga merasa kalo usahanya menjadi sia-sia karena hidupnya selalu berjalan di hari yg sama. 




Dengan konsep pengulangan waktu yg terjadi di alur ceritanya mungkin saja bisa membuat keunikan film ini terlihat membosankan, namun kenyataan yg terjadi justu sebaliknya, Groundhog Day tetap menjadi sebuah film yg menyenangkan dan (anehnya) tidak terasa membosankan utk ditonton kapanpun. Ini juga merupakan bukti bahwa tak semua film komedi khususnya Hollywood selalu menawarkan hal yg klise, karena justru Groundhog Day seolah menjadi salah satu dr sedikit film yg bisa memadukan unsur cult dgn mainstream. Banyak hal yg membuat film ini terlihat menarik selain tema high-concept cerdas yg digunakannya, pemilihan Bill Murray sebagai karakter utamanya tentu menjadi alasan kuat mengapa film ini jd terlihat menyenangkan, Bill selalu bisa tampil lucu tanpa harus memaksakan dirinya utk terlihat konyol. Ia memainkan perannya dgn sangat sempurna sebagai seorang yg sinis dan egosentris, Phil merasa tidak perlu memikirkan konsekuensi dr setiap perbuatannya karena tentu tdk akan memiliki efek di keesokan harinya. Di satu sisi selain sifatnya yg cenderung menyebalkan, Phil juga seorang yg tersiksa dengan “penjara” waktu yg ia alami sendiri, setiap usaha yg di awal ia lakukan utk menyenangkan dirinya sendiri justru membuat Phil bisa menyadari kalo ia memang harus merubah kepribadiannya, disinilah saya merasa Bill Murray sanggup menghidupkan perubahan emosi dr karakternya scr sederhana, hingga akhirnya Phil sendiri bisa menjadi tokoh yg likeable di mata penonton.





Memang Groundhog Day tetap menjadi film komedi romantis yg tentu saja menghadirkan sebuah kisah cinta di dalamnya, Bill Murray selalu  bisa cocok dgn setiap lawan mainnya dan di film ini hubungan cintanya dgn karakter yg diperankan Andie MaCdowell  terasa unik dan lucu, Phil seperti memanfaatkan setiap situasi yg dialaminya scr maksimal, ia mempelajari kebiasaan dan segala hal yg menjadi kesukaan dr Rita agar bisa menarik perhatiannya, tak jarang ciri khas Bill Murray sendiri yakni ekspresi datar dr wajahnya terlihat saat cintanya justru ditolak oleh Rita. Banyak momen yg menggambarkan kejadian lucu yg dialami Phil dlm film ini tapi yg paling  teringat oleh saya tentu saat Phil bisa menebak setiap kejadian yg akan ia alami dan ia pun belajar utk menjadi manusia yg bisa bermanfaat bagi sesamanya, saat momen tersebut terjadi film ini menjadi terasa mengharukan tanpa menghilangkan sisi humor di dalamnya. Kredit khusus tentu pantas diberikan utk Harold Ramis dan sang co-writer Danny Rubin yg bisa mewujudkan kisah fantasi semacam ini menjadi terlihat lebih bermakna, bukan sekedar tontonan yg dipenuhi aksi2 konyol selayaknya film komedi yg justru semakin banyak diproduksi Hollywood. Groundhog Day memang sebuah film istimewa yg bisa membuat anda tertawa dan terharu di saat yg bersamaan, walau dgn format komedi berbalut fantasi film ini juga bisa menjadi bahan perenungan dr kehidupan yg kita jalani sehari-hari.   




TRIVIA:
-Festival Groundhog Day ada di Amerika Serikat dan Kanada yg bertujuan utk menyaksikan apakah bayangan tupai tanah bisa menentukan lamanya musim dingin. Istilah “Groundhog Day” juga dipakai utk menggambarkan kejadian yg tidak menyenangkan dan terjadi berulang-ulang.

-Sutradara Harold Ramis mengatakan jika ide film ini sendiri datang dr buku berjudul The Gay Science karya seorang filsuf terkenal Friedrich Nietzsche, isinya mengenai seorang pria yg hidup di hari yg sama berulang-ulang. 
 

Tuesday, March 26, 2013

[Review] Brazil (1985)


Brazil (1985)
 Drama | Fantasy | Sci-Fi
Directed by Terry Gilliam
Starring:  Jonathan Pryce, Kim Greist, Robert De Niro and Michael Palin


Kehidupan manusia semakin lama akan semakin bergantung pd teknologi yg kian canggih, Terry Gilliam menggambarkan keadaan tersebut dgn sangat apik  lewat filmnya di thn 1985 berjudul Brazil, sebuah film sci-fi dan fantasy dgn gaya unik dalam sebuah dunia distopia yg kelam, Brazil menceritakan tentang seorang pria bernama Sam Lowry (Jonathan Pryce) yg bekerja utk pemerintahan di departemen pencatatan, Sam sering bermimpi hidup di dunia yg penuh kebebasan dimana ia bisa terbang dan bertemu wanita idamannya,  ia sendiri hidup dlm dunia yg semua serba diatur dan dpt dimonitor oleh pemerintah, secara tdk sengaja sistem milik pemerintah salah mengeluarkan nama belakang seorang teroris yg seharusnya Tuttle menjadi Buttle, akibat salah tangkap dan berujung pd kematian, Sam kemudian ditugaskan utk menyelesaikan kasus ini, ia bertemu dgn Harry Tuttle (Robert de Niro) yg bekerja sbg tukang servis, Ia pun berkenalan dgn Jill Layton (Kim Greist), gadis idaman dlm mimpinya yg ternyata jg merupakan saksi dr penangkapan Mr. Buttle, situasi menjadi kacau saat Sam malah dituduh menjadi otak dr serangkaian pemboman serta aksi teroris lainnya.  



Tidak banyak film bergenre sci-fi yg kisahnya dipenuhi humor satir layaknya Brazil, mulai dr birokrasi yg rumit, akar terorisme, sampai tren operasi plastik semuanya dibuat menjadi ironi yg terasa getir lewat film ini. Mungkin yg membuat Brazil menjadi unik dan mudah diingat adalah  gaya desain retro-futuristis yg terlihat jelas di film ini, Visualisasi dunia di masa depan dibuat menjadi terlihat berbeda oleh Gilliam, ia seperti membayangkan bagaimana keadaan dunia di thn 1980an dr sudut pandang sineas film di thn 40an, gaya film ini kelak menjadi inspirasi beberapa artis dan penulis dr sub-kultur Steampunk. Unsur surealisme juga sangat mempengaruhi kisah film ini, dimana dlm mimpinya Sam bisa terbang dan melawan samurai raksasa utk menolong gadis impiannya selayaknya kisah dongeng fantasi. Penampilan komikal dr para pemeran film ini terasa pas dgn nuansa black comedy yg tersaji, apalagi dgn kemunculan Robert De Niro yg tidak biasa  meski kehadirannya hanya sedikit saja disini. 



Terry Gilliam adalah salah satu dr sekian banyak sutradara hebat dunia yg seringkali tdk mendapatkan sorotan yg pantas ia dapatkan, kebanyakan film yg telah ia hasilkan bukanlah makanan empuk box-office atau mimpi menyenangkan para produser Hollywood, anggota Monty Phyton ini pantas disebut sbg cult directors dimana karya-karyanya merupakan sebuah perjalanan visual yg luar biasa apik, penggambaran tentang dunia yg penuh imajinasi namun tetap dgn sentuhan humanis. Terry Gilliam juga dikenal sbg seorang sutradara yg perfeksionis dan tdk suka apabila idenya diganggu gugat, bahkan ketika film Brazil dirilis, ia sempat marah trhdp studio dimana ia bekerja (Universal) & berjanji tdk akan bekerjasama dgn studio itu lg, alasannya adalah studio tsb mengedit ulang filmnya secara frontal, menjadikan filmnya lebih ringan lengkap dgn happy ending. Namun tetap saja di mata para pecinta sinema  the original Gilliam’s Version adalah yg terbaik dan hingga sekarang pun Brazil selalu masuk daftar film sci-fi terbaik yg pernah ada. Saya pribadi mengangap film ini sebagai sebuah masterpiece yg layak disejajarkan dgn Blade Runner yg juga dirilis di era yg sama.



Trivia:

-Terry Gilliam menyatakan kalau film Brazil terinspirasi dr novel 1984 karya George Orwell meskipun ia sendiri mengakui belum membaca bukunya.

-Proses pembuatan film ini sangat menguras tenaga dan pikiran Gilliam, bahkan ia sampai stress hingga tdk bisa menggerakan kakinya.

-Terry Gilliam terkadang menyebut kalau film ini merupakan seri kedua dr “Trilogy of Imagination” yg dimulai dr Time Bandits (1981) dan diakhiri dgn The Adventures of Baron Muncahusen (1989)
 

Saturday, December 22, 2012

[Review] Beasts of the Southern Wild (2012)

Beasts of the Southern Wild (2012)
Drama | Fantasy 
Directed by Ben Zeitlin
Starring: Quvenzhané Wallis, Dwight Henry and Levy Easterly

Banyak film yg menggunakan tema perjuangan hidup dalam kisahnya, salah satunya adalah Beasts of the Southern Wild, sebuah film indie yg unik dan telah memenangkan banyak penghargaan di berbagai festival film internasional, disutradarai oleh Benh Zeitlin dan merupakan karya pertamanya film ini bercerita tentang usaha seorang anak berusia 6 tahun bernama Hushpuppy (Quevenzhane Wallis) dengan ayahnya, Wink (Dwight Henry) yg mencoba untuk bertahan hidup di pemukiman kecil mereka yg disebut “The Bathtub, badai besar dan banjir sedang mengancam tempat tinggal mereka yg terisolasi dan membuat Hushpuppy belajar tentang keterampilan yg dibutuhkan untuk bertahan hidup dari sang ayah yg sedang menderita suatu penyakit, meski usianya sendiri masih 6 tahun Hushpuppy tergolong anak yg pemberani dan enerjik serta memiliki harapan yg tinggi untuk kehidupan yg lebih baik di tengah dunia yg sedang dilanda bencana alam seperti yg terjadi di pemukimannya, selain itu Hushpuppy juga memiliki imajinasi tentang kemunculan kembali satu spesies banteng prasejarah (auroch) yg sudah punah dan sedang menuju ke tempat tinggalnya.  


Dibuat dengan dana hanya $1,8juta di Louisiana, Beasts of the Southern Wild menjelma dari awal yg sederhana (didasarkan dari naskah drama Juicy and Delicious karya teman Zeitlin, Lucy Alibar) menjadi sebuah kekuatan tersendiri, film ini debut di Sundance 2012 dan memenangkan Grand Jury Prize Dramatic, selain itu film ini juga meraih Camera D’Or (untuk Best First Feature) di Cannes 2012. Sang sutradara debutan Benh Zeitlin berhasil menyajikan sebuah gambaran unik  dari sudut pandang seorang anak kecil tentang bagaimana harapan dapat muncul dalam setiap keterpurukan, selain itu setting dan visualisasi yg ditampilkan juga terasa pas dengan kehidupan nyata. Sebagian dari pemeran film ini juga merupakan pemain  amatir yg berasal dari lokasi asli dimana film ini disyut termasuk pemeran utamanya sendiri Quevenzhane, Selayaknya seorang anak kecil Quevenzhane memancarkan naturalisme yg memikat dalam film ini, kemampuannya dalam berakting patut diapresiasi tinggi walau usianya baru 6 tahun, hubungan antara ayah dan anak dalam film ini juga tergambarkan dengan sangat menyentuh disini. Beasts of the Southern Wild  adalah sebuah karya yg menguggah tentang kehidupan manusia dan film ini  juga memiliki pesona dan orisinalitas yg jarang bisa kita temui di era seperti sekarang ini.

 

Monday, November 12, 2012

[Review] Ruby Sparks (2012)


Ruby Sparks (2012)
 Comedy | Fantasy | Romance 
Directed by Jonathan Dayton & Valerie Faris
Starring: Paul Dano, Zoe Kazan, Chris Messina and Annette Bening

 Film romantic comedy yg memasukan unsur fantasi tentu  akan sangat menarik bagi para penggemar genre ini, selama ini memang film romcom selalu diidentikan dgn cerita yg terkesan klise dan sepertinya tak banyak yg bisa menawarkan sesuatu yg baru dan menarik kedalam genre ini, namun tidak demikian dengan film  Ruby Sparks yg merupakan karya terbaru dari pasangan sutradara Jonathan Dayton dan Valerie Faris, dimana film terakhir mereka Little Miss Sunshine adalah sebuah indie hits di thn 2006 yg sempat masuk nominasi Oscar. Ruby Sparks menceritakan tentang seorang penulis novel bernama Calvin Weir-Fields (Paul Dano) yg sedang mengalami kebuntuan ide dlm menulis karya terbarunya, padahal saat ia berumur 19 tahun Calvin menulis novel debutannya yg meraih  sukses, Calvin mengunjungi seorang terapis agar ia bisa bangkit dan menulis kembali, ia pun diberi tugas oleh sang terapis untuk menulis tentang gadis misterius yg terus muncul di mimpinya, Calvin segera menulis cerita tentang seorang gadis berambut merah yg ia beri nama Ruby Sparks (Zoe Kazan) dan yg membuat  Calvin terkejut adalah gadis ciptaanya itu menjadi sosok nyata dan muncul dalam kehidupannya, Ruby sendiri memiliki kepribadian yg riang dan membuat Calvin jatuh hati karena ia merasa telah menemukan gadis impiannya selama ini


Ruby Sparks dapat dibilang sebuah film romantic comedy yg menarik perhatian di tahun 2012 ini, premisnya dimana seorang pria yg menciptakan gadis idamannya mungkin terdengar aneh namun keajaiban dalam kisah cinta yg seperti ini tentu sayang untuk dilewatkan. Zoe Kazan sang aktris pemeran Ruby sekaligus penulis naskah film ini adalah sosok yg paling mencuri perhatian di film ini, apalagi disini ia dipasangkan langsung dengan Paul Dano yg merupakan kekasihnya dan tentu saja chemistry yg nyata antara mereka berdua sangat berpengaruh dalam kisah cinta film ini., Paul Dano sendiri mampu bermain dengan baik sebagai seorang penulis yg mengalami writer’s block dan film ini juga merupakan kali kedua ia berperan dibawah arahan Jonathan dan Valerie setelah sebelumnya ikut bermain dalam Little Miss Sunshine. Dalam sebuah artikel Zoe sendiri menyebut banyak mendapat inspirasi dari film2 romantic karya Woody Allen saat menulis naskahnya, selain itu Zoe Kazan yg juga merupakan cucu dr sutradara legendaris Elia Kazan terlihat memiliki bakat seni baik itu dalam berakting maupun menulis, dalam sebuah adegan lucu di film ini ia bahkan fasih berbahasa Perancis dengan lancar, campuran antara kisah romantic comedy dengan fantasi cerdas seperti ini menjadikan Ruby Sparks sebuah tontonan yg menyenangkan bahkan untuk anda yg tidak terlalu menggemari film2 bergenre romcom.



Monday, July 30, 2012

[Review] The Amazing Spider-Man (2012)


The Amazing Spider-Man (2012)
 Action | Adventure | Fantasy 
Directed by Marc Webb
Starring: Andrew Garfield, Emma Stone, and Rhys Ifans

Tidak ada yg menyangkal bahwa Spider-Man merupakan salah satu tokoh komik superhero yg paling banyak digemari, tentu kita masih ingat dengan kesuksesan film pertamanya di thn 2002 dengan sutradara Sam Raimi dan bintang utamanyaTobey Maguire, Marvel seolah ingin memperkuat dominasinya tahun ini setelah The Avengers yg sukses di box-office, kini giliran aksi si manusia laba-laba yg kembali diangkat ke layar lebar dengan proyek reboot The Amazing Spider-Man, kisahnya dimulai dari awal saat Peter Parker (Andrew Garfield) masih seorang remaja SMA yg penyendiri dan tidak populer, Peter yg sejak kecil ditinggal oleh orangtua kandungnya hidup bersama pamannya, Ben (Martin Sheen) dan bibinya May (Sally Field) yg sudah ia anggap seperti orangtuanya sendiri, Peter Parker mencintai seorang gadis cantik yg juga teman sekolahnya bernama Gwen Stacy (Emma Stone), seperti yg sudah diketahui Peter mendapat kekuatan super saat ia terkena gigitan laba-laba radioaktif, kematian pamannya membuat Peter menyadari ia memiliki tanggung jawab yg besar dengan kekuatannya itu, ditambah hadirnya sosok villain The Lizard/Dr.Curt Connors (Rhys Ifans) yg membuat masalah di kota membuat Spidey harus melawan kadal raksasa tersebut sekaligus melindungi keselamatan warga.


Setelah 5 tahun absen kisah superhero remaja ini pun direboot dengan harapan membawa visi baru ke dalam ceritanya, sutradara Marc Webb yg ditunjuk untuk menyutradarai film ini sebelumnya sudah dikenal dengan film romcom yg sukses mencuri perhatian 500 Days of Summer, bisa dibilang bahwa Webb memiliki beban tersendiri untuk membawa kesegaran baru di film ini mengingat aksi Spidey dalam film sebelumnya (Spider-Man 3) tidak mendapat respon positif di kalangan penggemar, pemilihan cast baru untuk sang superhero yg kali ini diperankan oleh Andrew Garfield dapat dibilang pas dengan imej remaja seorang Peter Parker, walaupun sebenarnya sosok Tobey Maguire sendiri masih melekat di ingatan , seperti film Marvel lainya cameo dari sang kreator yakni Stan Lee juga terlihat disini dalam satu adegan di perpustakaan. Dari segi cerita reboot ini sebenarnya tidak membawa sesuatu yg baru selain sosok cinta pertama dr Peter yg diganti agar sesuai versi komiknnya yakni Gwen Stacy bukan Mary Jane, chemistry antara Andrew dengan Emma Stone disini terlihat serasi mengingat di kehidupan nyata pun mereka adalah sepasang kekasih


Aksi seru sang manusia laba-laba saat bergelantungan di antara gedung atau sisi humor dr Spidey yg sering ia tampilkan saat sedang beraksi masih menjadi hiburan utama dr film ini, namun ini juga tidak lantas membuat filmnya terlihat istimewa karena memang The Amazing Spider-Man sendiri masih terasa kurang inovatif, apalagi villainnya sendiri The Lizard terlihat tidak memberikan ancaman serius disini layaknya Green Goblin atau Doc Ock. Seperti perkiraan saya film reboot Spider-Man ini masih terasa seperti pengulangan dr film pertamanya meski dengan kehadiran beberapa tokoh yg berbeda, jelas ini tidak akan menimbulkan kesan yg mendalam buat anda yg memang penggemar Spidey, sebagai sebuah film action superhero tentu diharapkan sekuel The Amazing Spider-Man bisa lebih menggigit dengan intensitas pertarungan yg lebih seru, lebih menghibur dan tidak terlalu terfokus untuk menyamai versi dr Sam Raimi yg sudah lebih dulu sukses. Patut dinantikan juga apakah Spidey nantinya akan ikut beraksi bersama rekan2 sesama pahlawan Marvel yakni The Avengers dalam film yg berikutnya.



Friday, July 13, 2012

[Review] Dark Shadows (2012)

Dark Shadows (2012)
 Comedy | Fantasy 
Directed by Tim Burton
Starring: Johnny Depp, Michelle Pfeiffer Helena Bonham Carter and Eva Green

Sulit untuk memisahkan nama Tim Burton dgn sang aktor langganannya Johnny Depp, mereka kembali bekerja sama dlm film yg kali ini diadaptasi dr sebuah serial tv cult di era 60-an berjudul Dark Shadows, film yg menandakan kolaborasi Burton-Depp utk ke-8 kali ini menceritakan tentang seorang vampir yg dikutuk bernama Barnabas Collins (Johhny Depp), di abad ke 18 ia adalah seorang pengusaha kaya yg sukses di bidang perikanan & mempunyai sebuah rumah kastil megah, disana ia memiliki banyak pelayan dan Barnabas sempat mencintai salah satu pelayannya yg bernama Angelique Bochard (Eva Green) sebelum akhirnya ia menemukan sosok cinta sejatinya kepada pelayan lainnya Josette (Bella Heathcote), karena kesal pujaan hatinya justru mencintai wanita lain Angelique yg seorang keturunan penyihir mengutuk Barnabas menjadi Vampir, tak hanya itu dengan ilmu hitamnya ia juga membuat Josette bunuh diri dan mengubur Barnabas hidup-hidup, semua itu dilakukan tak lain agar Barnabas merasakan sakit sepanjang hidupnya. Cerita pun melompat ke tahun 1972 di saat keturunan keluarga Collins yg kini dipimpin oleh Elizabeth (Michele Pfeiffer) berusaha meneruskan usaha perikanan yg kurang berkembang akibat kalah bersaing dgn perusahaan milik Angelique yg ternyata masih hidup, di saat yg bersamaan Barnabas berhasil keluar dr penderitaanya setelah makamnya dibongkar dan ia pun kembali ke kastil tuanya, menjalani kehidupannya yg baru (sbg vampire di era 70-an) dgn keturunan keluarga Collins yg masing2 memiliki keunikan seperti gadis remaja anak Elizabeth yg penyendiri bernama Carolyn (Chloe Moretz), adik dr Elizabeth, Roger (Johnny Lee Miller) dan anaknya David (Gulliver McGrath) serta psikiater keluarga Collins Dr.Hoffman (Helena Bonham Carter), selain itu kedatangan seorang gadis bernama Victoria ( Bella Heathcote) yg melamar pekerjaan di kastil Collins membuat Barnabas merasa jatuh cinta krn Victoria memiliki wajah mirip dgn kekasihnya Josette, hal ini membuat Angelique yg mengetahui kembalinya Barnabas menjadi semakin marah dan dgn rencana jahatnya ia ingin menghancurkan kehidupan keluarga Collins.


Bagi yg memang menggemari film-film dr sang sutradara ekstentrik Tim Burton tentunya tdk asing lagi dgn unsur gothic fantasy yg tersaji di hampir setiap karyanya, disini selain bekerjasama dgn org2 terdekatnya (Depp, Helena Bonham Carter, hingga komposer Danny Elfman ) Tim juga kembali mengajak aktris Michele Pfeiffer utk bekerjasama setelah terakhir memerankan Catwoman di Batman Retuns. Film Dark Shadows sendiri memang terlihat cocok dgn gaya Tim apalagi dgn karakter utamanya yg menghadirkan sosok vampire klasik ala Dracula yg diperankan oleh Johnny Depp, kekompakan antara Burton-Depp memang terlihat mempesona seperti yg terlihat di karya2 awal mereka (Edward Scissorshands & Ed Wood) namun belakangan ini film yg mempertemukan mereka berdua menjadi terlihat ringan dan biasa saja bahkan bisa dikatakan buruk seperti Alice in Wonderland, Johnny Depp sendiri terlihat masih bermain di comfort zone-nya dgn karakter2 ganjil ala Tim Burton dan di film Dark Shadows ini juga masih terlihat tidak ada perubahan yg berarti, dari segi cerita Dark Shadows memang unik dimana kisah cinta “bertolak sebelah tangan” dikemas menjadi sebuah horror comedy yg dpt dbilang pas dgn selera pribadi dr seorang Tim Burton sendiri, ia dan sang penulis naskah Seth Grahame Smith (pengarang Abraham Lincolns: Vampire Hunter) menghadirkan cerita tragedi cinta yg menarik antara penyihir-vampir-dan manusia biasa dgn tak lupa menyisipkan banyak adegan humor disertai nuansa khas film horror di dalamnya.


Beberapa aspek dlm Dark Shadows memang terlihat bagus seperti segi visualnya yg terlihat enak utk dilihat sampai desain produksi yg sangat cocok dgn gaya 70-an, namun sayangnya dari segi penceritaan sendiri film ini terlihat tidak konsisten di sepanjang perjalanannya, seharusnya kisah cinta antara Barnabas yg dikutuk menjadi vampire dgn sang pujaan hatinya bisa terlihat menarik namun Tim memilih utk berfokus pd segi humornya sendiri, selain itu juga pengembangan karakter dr keluarga Collins tidak dibuat lebih mendalam bahkan ada karakter yg hilang di tengah cerita hingga menyebabkan film ini terlihat kurang menarik, memang ada karakter  bagus disini seperti Angelique yg berhasil diperankan dgn baik oleh Eva Green, sifat jahatnya terlihat dominan terutama saat ia memaksa Barnabas utk mencintainya dan menyiksa Barnabas dgn ilmu sihirnya, beberapa kekonyolan yg diperlihatkan Johnny Depp sbg sosok Imortal penghisap darah juga mampu mengundang tawa seperti reaksi yg ia perlihatkan trhdp perkembangan zaman dimana ia takjub melihat jalanan beraspal & mengangap lampu mobil sebagai mata setan yg akan membawanya ke neraka. Dark Shadows memang belum bisa memperlihatkan kehebatan kerjasama antara Burton-Depp layaknya di karya2 awal mereka (ada yg menyebutkan bahwa kolaborasi antara mereka berdua mulai terlihat membosankan), namun buat anda yg memang suka film bergaya eksentrik khas seorang Tim Burton tentunya tidak keberatan dgn keanehan-keanehan yg terjadi di sepanjang film ini dan bahkan tetap bisa terhibur dgn penampilan Johnny Depp sendiri sbg makhluk penghisap darah yg tersiksa. 






 

Tuesday, November 22, 2011

[Review] Midnight in Paris (2011)

Midnight in Paris (2011)

 Comedy | Fantasy | Romance
Directed by Woody Allen
Starring: Owen Wilson, Rachel Mcadams, Marion Cotillard

Gil Pender (Owen Wilson) adalah seorang penulis skrip yg ingin menjadi novelis, ia bersama tunangannya Inez (Rachel Mcadams) pergi berlibur ke kota Paris, mereka juga didampingi kedua orangtua Inez, Hellen (Mimi Kennedy) dan John (Kurt Fuller). Disana Gil justru lebih memilih menghabiskan waktu  dengan berjalan-jalan sendiri sekaligus mencari inspirasi untuk novelnya, suatu saat hal aneh terjadi ketika Gil bertemu seorang Ernest Hemingway (Corey Stoll) yg membawanya ke era 1920-an dan disana Gil menghabiskan malam-malamnya dengan tokoh2 terkenal di jamannya mulai dari Scott Fitzgerald sampai Pablo Picasso. Namun hal yg membuat Gil senang adalah saat ia bertemu wanita cantik yg merupakan simpanan dari Picasso bernama Adriana (Marion Cottilard), Gil merasa memiliki kedekatan khusus dengan Adriana dan membuat hubungannya dengan Inez justru semakin merenggang.


Midnight in Paris merupakan karya terbaru dari sutradara terkenal yg  produktif dalam membuat film, Woody Allen, sebuah kisah cinta dengan setting di Paris yg memang menjadi ikon kota romantis, dengan tema sederhana dimana seorang pria merasa tidak cocok dengan pasangannya setelah ia menemukan wanita lain ini menjadi nampak menarik dengan adanya unsur fantasy seperti time travel, ciri khas dari seorang Woddy Allen masih sangat terasa dlm film yg berdurasi 94 menit ini. Penampilan cast-nya terasa pas dengan pemilihan Owen Wilson sebagai karakter utamanya dan didampingi aktris asal Prancis Marion Cotillard yg sangat menawan, Suasana kota Paris yg romantis dan indah terlihat jelas lewat sinematografi handal yg memang merupakan salah satu keunggulan film ini. Overall Midnight in Paris merupakan salah satu film Woody Allen yg mudah untuk diikuti dengan alur cerita yg terasa ringan dan terkesan kurang serius, namun tetap menghibur apalagi dengan nuansa kota Paris yg romantis dan mempesona.