Monday, April 22, 2013

[Review] To The Wonder (2013)

To The Wonder (2013)
Drama | Romance  
Directed by Terrence Malick
Starring: Ben Affleck, Olga Kurylenko, Rachel McAdams and Javier Bardem


                  "an exploration of love in its many forms”


Setelah melakukan perjalanan ambisius untuk menangkap misteri keberadaan Tuhan dan makna hidup manusia di alam semesta lewat The Tree of Life (2011), sebuah film yg luar biasa  dan mendapat nominasi oscar serta menang penghargaan di Cannes, kini Terrence Malick  sang auteur filosofis ingin mencoba mengeksplorasi makna cinta dalam berbagai bentuk lewat karya terbarunya To the Wonder, dapat dibilang ini adalah sebuah drama romantik kontemporer tentang hubungan antar manusia yg dipenuhi dgn momen indah maupun yg sebaliknya, film ini tidak dipenuhi dgn dialog dan narasinya sendiri didorong oleh voiceover dr tokoh2 didalamnya, berawal di Paris saat Neil (Ben Affleck) seorang turis asal Amerika bertemu dan jatuh cinta dgn perempuan cantik bernama Marina (Olga Kurylenko) yg sudah memilki seorang putri berumur 10 thn,Tatiana (Tatiana Chiline). Pasangan ini kemudian memutuskan utk pindah ke Oklahoma dimana perbedaan kultur jelas terasa, disana hubungan Neil dan Marina serta putrinya berjalan harmonis sebelum muncul masalah saat Neil merasa belum ingin terikat hubungan pernikahan, Marina yg sempat memutuskan kembali bersama anaknya ke Paris membuat Neil justru merasa tertarik dgn teman masa remajanya dulu Jane (Rachel McAdams), karakter lainnya adalah seorang pendeta bernama Quintana (Javier Bardem) yg merasa mengalami krisis keimananan di tengah tugasnya dalam masyarakat.



Selama ini kesan puitis, spiritual dan eksperimental seolah tidak bisa lepas dr film2 Terrence Malick. Metodenya dalam membuat film memang tidak konvensional dan seperti juga karya2 sebelumnya To The Wonder pun dibuat dgn cara yg serupa, bagi anda sudah yg terbiasa dgn film arthouse ala Malick pasti akan dimanjakan dgn pemandangan alam yg sangat indah disertai pencahayaan alami, seperti yg terlihat di salah satu adegan film ini yaitu pemandangan lapangan gandum luas yg disirami cahaya merah langit senja. DoP Emannuel Lubezki yg sudah bekerjasama dgn Malick di 2 film sebelumnya kembali menunjukan keahliannya dalam menangkap gambar2 yg memukau. Berbagai macam momen kehidupan sehari-hari ditampilkan secara nyata dan ini sudah seperti menjadi kebiasaan Malick dalam memberikan kebebasan bagi para pemainnya utk bermain dengan leluasa, Ben Affleck, Olga Kurylenko, Rachel McAdams hingga Javier Bardem menggambarkan karakter mereka secara sederhana, namun tetap memberikan sisi emosional yg mendasari perasaan tokoh masing2. Narasi yg diucapkan dengan lembut oleh karakter To the Wonder bisa mengandung banyak arti apalagi ditambah dengan minimnya dialog, seolah film ini mengandalkan kekuatan gambar sebagai alat penceritaan, untung saja elemen scoring-nya terasa pas dengan kisah cinta yg menghanyutkan seperti yg terjadi dalam film ini sendiri. 



Terrence Malick bukanlah filmmaker realis maupun naratif, ia membuat film yg penuh simbolisme, renungan serta makna yg mendalam, ciri khas lainnya termasuk shot yg impresionistik tentang kehidupan manusia serta alam membuat filmnya mudah dikenali, ia juga terkenal sbg orang yg sangat privat dan tak pernah mau diwawancara. Sutradara visioner ini memilih syuting mengikuti intuisi dibanding skrip, menolak tunduk pd studio ataupun bintang film, mengumpulkan banyak sekali footage (termasuk shot alam) lalu “menemukan” bentuk filmnya saat mengedit. Banyak aktor maupun sutradara yg mengagumi metodenya dalam proses pembuatan film, seperti Martin Sheen yg pernah bekerjasama dgn Malick lewat film debutnya Badlands (1973), ia bahkan menjulukinya sbg seorang "Pujangga layar lebar", kisah cinta segitiga dgn pendekatan abstrak dalam film To the Wonder memang akan cenderung sulit dinikmati bagi yg tidak terbiasa dgn ciri khas sang sutradara, saya pribadi merasa film ini sudah seperti b-sides version dr The Tree of Life, saya juga lebih menyukai karya Malick sebelumnya itu yg meski terkesan ambisius namun tetap terasa personal di hati. Ada suatu keistimewaan tersendiri mengingat tidak biasanya kita bisa melihat karya2 sang sutradara dalam jangka waktu yg pendek, bahkan kabarnya sudah ada beberapa proyek film berikutnya yg siap dirilis, ini menandakan ia menjadi produktif dan tentu utk para penggemarnya termasuk saya akan selalu menunggu karya ajaib nan puitis berikutnya dari seorang Terrence Malick.


TRIVIA: 
-Kisah film ini termasuk semi-otobiografi dr kehidupan Malick sendiri, ia pernah menjalin hubungan dgn wanita asal Prancis dan kembali ke Texas sebelum akhirnya berpisah, ia pun kini menikah dgn teman masa sekolahnya dulu.
-Ini film pertama Malick sejak 1978 yg berdurasi dibawah 120 menit, selain itu juga ini pertama kalinya kehidupan modern dijadikan setting dalam film Malick sendiri.
-To The Wonder tidak menggunakan skrip saat syuting dan juga ini merupakan film yg terakhir kali direview oleh kritikus Roger Ebert sebelum ia meninggal.
 

2 comments: